Kamis, 13 April 2017

PERATURAN STANDAR AUDIT IT/IS


  • ISO


  1. Pengertian ISO

Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang beranggotakan tidak kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan (Non-Government Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional.
2. Macam-Macam ISO

  • ISO 9001

ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu dan merupakan persyaratan sistem manajemen yang paling populer di dunia. ISO 9001 telah mengalami beberapa kali revisi dan revisi yang paling akhir adalah ISO 9001:2008. Salah satu ciri penerapan ISO 9001 adalah diterapkannya pendekatan proses. Pendekatan proses ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas sistem manajemen mutu. Pendekatan ini mensyaratkan organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan melakukan peningkatan berkesinambung.
IS014001
Berbeda dengan standar ISO 9001 yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu, maka ISO 14001 merupakan standar yang berisi persyaratan-persyaratan sistem manajemen lingkungan. Konsep yang dipakai dalam ISO 14001 pada prinsipnya sama dengan ISO 9001, yaitu perbaikan berkesinambungan hanya dalam ISO 14001 adalah dalam mengelola lingkungan. Perusahaan yang menerapkan ISO 14001 harus dapat melakukan identifikasi terhadap aspek dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan atau operasi perusahaannya terhadap aspek lingkungan. Dalam hal ini bukan hanya pengelolaan terhadap limbah atau polusi, namun juga termasuk upaya-upaya kreatif untuk menghemat pemakaian energi, air dan bahan bakar.

ISO22000
Perusahaan makanan atau minuman dituntut untuk memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan pelanggannya, sehingga harus meningkatkan pengendalian kontrol internalnya terutama dalam proses produksi. ISO 22000 merupakan suatu standar yang berisi persyaratan sistem manajemen keamanan pangan. Standar ini fokus terhadap pengendalian dalam sistem dan proses produksi produk makanan dan minuman. Setiap jenis produk baik makanan atau minuman harus dibuatkan rencana proses dan pengendaliannya. Pada dasarnya ISO 22000 tidaklah berbeda jauh dengan ISO 9001, hal yang membedakan terdapat dalam klausul 7:perencanaan dan realisasi produk dan klausul 8: validasi, verifikasi dan perbaikan sistem.

ISO/IEC27001
Kemajuan dalam dunia teknologi informasi atau yang lebih dikenal dengan IT telah membawa perubahan yang sangat besar dalam dunia bisnis. Dimulai dengan adanya penerapan internet dalam dunia bisnis misalnya website, email sampai penggunaan jejaring sosial lainnya. Perubahan ini menjadikan dikenal adanya transaksi on-line, data-data dan informasi dalam bentuk file komputer dan sebagainya. Pada tahun 2005, The International Organization for Standardization menerbitkan standar yang kenal dengan ISO/IEC 27001.  ISO/IEC 27001 merupakan standar sistem manajemen keamanan informasi atau dikenal juga dengan Information Security Management System (ISMS). ISO/IEC 27001 sekarang ini telah banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan aplikasi IT dalam kegiatan bisnisnya.

ISO/TS16949
Saya yakin Anda  telah mengenal jenis-jenis kendaraan bermotor beroda dua atau empat dengan merek-merek terkenal. Kendaraan bermotor tersebut diproduksi oleh perusahaan-perusahaan otomotif yang saat ini berkembang pesat di Indonesia. Dalam upaya menjaga “image” mereknya dimata pelanggan, perusahaan otomotif tersebut harus menjaga mutu produknya. Upaya perusahaan otomotif dalam menjaga mutu produk salah satunya dengan menerapkan ISO/TS 16949. Pada dasarnya ISO/TS 16949 merupakan Technical Specification yang dikeluarkan oleh ISO sebagai sistem manajemen mutu untuk industri otomotif. Sebagaimana jenis-jenis standar yang dikeluarkan oleh The International Organization for Standardization, ISO/TS 16949 mempunyai konsep perbaikan berkesinambungan, pengendalian terhadap rantai pasok, tindakan perbaikan dan pencegahan.

ISO/IEC17025
ISO/IEC 17025 merupakan suatu standar yang berisi persyaratan untuk diterapkan oleh suatu lembaga pengujian atau laboratorium. Kata kunci yang dikendalikan dalam standar ini adalah kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi. Keberadaan standar ini sangat penting terutama untuk memastikan validitas dan akurasi hasil pengujian yang berkaitan dalam bidang kesehatan, perdagangan, produksi sampai upaya perlindungan pelanggan.
Laboratorium pengujian dan kalibrasi biasanya dituntut untuk menerapkan ISO/IEC 17025 dalam kegiatannya sampai dilakukan proses akreditasi. Akreditasi ISO/IEC 17025 terhadap suatu laboratorium pengujian atau lembaga kalibrasi akan meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap hasil uji atau kalibrasi yang dikeluarkannya.


OHSAS18001
Perkembangan perusahaan dan industri mempunyai korelasi dengan pekerja, Banyak Industri yang prosesnya berdampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan pekerjanya seperti industri bahan kimia, jasa konstruksi, plastik, besi baja, dsb. Hal tersebut dapat berpengaruh pada meningkatnya biaya pekerja dan berpengaruh pada citra. Sejalan dengan hal ini maka industri-industri yang berdampak bagi pekerjanya harus mengelola lingkungan kerja nya agar dapat menurunkan dampak. Sikap kritis dari masyarakat dunia juga mendorong industri yang beresiko ke pekerja untuk menerapkan suatu sistem pengelolaan yang aman bagi pekerjanya. Latar belakang inilah yang melandasi pembentukan OHSAS 18001. OHSAS 18001 diakomodasikan untuk pengendalian operasional proses yang aman bagi pekerja.
OHSAS 18001 adalah suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/perusahaan. Banyak organisasi di berbagai negara telah mengadopsi OHSAS 18001 untuk mendorong penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan prosedur yang mengharuskan organisasi secara konsisten mengidentifikasi dan mengendalikan resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat kerja; serta memperbaiki kinerja dan citra perusahaan.

ISO 28000
Aksi terorisme yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu telah memberikan pengaruh terhadap sistem bisnis. Sehingga dipandang perlu suatu sistem manajemen keamanan yang dapat memastikan keamanan dalam rantai pasokan (supply chain). ISO telah menerbitkan seri standar ISO 28000 yang berupa persyaratan terhadap sistem keamanan rantai pasokan. Standar ini diterapkan terutama untuk perusahaan-perusahaan yang mempunyai ancaman resiko keamanan relatif tinggi misalnya suatu fasilitas umum, bank, logistik, hotel, sampai kilang minyak atau sarana vital lainnya.

ISO50001
ISO 50001 adalah sebuah standar untuk sistem manajemen energi. Standar tersebut bertujuan membantu organisasi dalam membangun sistem dan proses untuk meningkatkan kinerja, efisiensi, dan konsumsi energi. Standar tersebut berlaku bagi semua jenis dan ukuran organisasi. ISO 50001 dirancang untuk membantu organisasi agar lebih baik dalam menggunakan aset energinya, untuk mengevaluasi dan memprioritaskan penggunaan teknologi hemat energi, serta untuk mendorong efisiensi pada seluruh rantai suplai. ISO 50001 juga dirancang agar dapat terintegrasi dengan standar manajemen lain, terutama ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan) dan ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu).

L. ISO/IEC 17799
ISO/IEC 17799 dikembangkan oleh The International Organization for Standardization (ISO) dan The International Electrotechnical Commission (IEC) dengan titel "Information Technology - Code of Practice for Information Security Management". ISO/IEC 17799 dirilis pertama kali pada bulan desember 2000.
ISO/IEC 17799 bertujuan memperkuat 3 (tiga) element dasar keamanan informasi(1), yaitu:
Confidentiality – memastikan bahwa informasi hanya dapat diakses oleh yang berhak.
 Integrity – menjaga akurasi dan selesainya informasi dan metode pemrosesan.
Availability – memastikan bahwa user yang terotorisasi mendapatkan akses kepada informasi dan aset yang terhubung dengannya ketika memerlukannya.
ISO/IEC 17799 terdiri dari 10 domain (1), yaitu:
Security Policy – memberikan panduan dan masukan pengelolaan dalam meningkatkan keamanan informasi.
Organizational Security – memfasilitasi pengelolaan keamanan informasi dalam organisasi.
Asset Classification and Control – melakukan inventarisasi aset dan melindungi aset tersebut dengan efektif.
Personnel Security – meminimalisasi risiko human error, pencurian, pemalsuan atau penggunaan peralatan yang tidak selayaknya.
Physical and Environmental Security – menghindarkan violation, deteriorationatau disruption dari data yang dimiliki.
Communications and Operations Management – memastikan penggunaan yang baik dan selayaknya dari alat-alat pemroses informasi.
Access Control – mengontrol akses informasi.
Systems Development and Maintenance – memastikan bahwa keamanan telah terintegrasi dalam sistem informasi yang ada.
Business Continuity Management – meminimalkan dampak dari terhentinya proses bisnis dan melindungi proses-proses perusahaan yang mendasar dari kegagalam dan kerusakan yang besar.
Compliance – menghindarkan terjadinya tindakan pelanggaran atas hukum, kesepakatan atau kontrak, dan kebutuhan keamanan.

COBIT
Control Objective for Information & Related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009). COBIT juga berisi tujuan pengendalian, petunjuk audit, kinerja dan hasil metrik, faktor kesuksesan dan maturity model. COBIT dikeluarkan oleh IT Governance Institute (ITGI). COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara.
Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level control objectives) yang terbagi dalam 4 domain, yaitu : Planning & Organization , Acquisition & Implementation , Delivery & Support , dan Monitoring & Evaluation.

Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.



Management Guidelines
 Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
Sejauh mana TI harus bergerak atau digunakan, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus.
Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses (critical success factors).
Risiko yang timbul apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan. Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan.
Bagaimana mengukur keberhasilan dan membandingkannya.


ITIL
Information Technology Infrastructure Library (ITIL) adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta Pengoperasian teknologi informasi. ITIL memberikan deskripsi detail tentang beberapa praktik TI dengan daftar cek, tugas, serta prosedur menyeluruh yang dapat disesuaikan dengan segala jenis organisasi TI.
ITIL diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik pengelolaan TI. Walaupun dikembangkan sejak dasawarsa 1980-an, penggunaan ITIL baru meluas pada pertengahan 1990-an dengan spesifikasi versi keduanya (ITIL v2) yang paling dikenal dengan dua set bukunya yang berhubungan dengan ITSM (IT Service Management), yaitu Service Delivery (Antar Layanan) dan Service Support (Dukungan Layanan).

Pada 30 Juni 2007, OGC menerbitkan versi ketiga ITIL (ITIL v3) yang intinya terdiri dari lima bagian dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup layanan yang disediakan oleh teknologi informasi. Kelima bagian tersebut adalah:
Service Strategy
Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM tentang bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan IT tetapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle. Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy di samping topik-topik di atas adalah; Service Portfolio Management, Financial Management, dan Demand Management.

Service Design
Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi IT dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan IT serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya. Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
Service Catalog Management
Service Level Management
Supplier Management
Capacity Management
Availability Management
IT Service Continuity Management
Information Security Management
Service Transition
Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi IT untuk dapat mengembangkan serta mengubah hasil desain layanan IT baik yang baru maupun layanan IT yang diubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
Transition Planning and Support
Change Management
Service Asset & Configuration Management
Release & Deployment Management
Service Validation
Evaluation
Knowledge Management

Service Operation
Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan IT. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan IT secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
Event Management
Incident Management
Problem Management
Request Fulfillment
Access Management

Continual Service Improvement
Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle.

4. IT-Value
Berasal dari investasi sumber daya IT yang digunakan untuk mengukur seberapa besar value suatu grup aplikasi IT, yang biasanya dikelola oleh satu unit kerja organisasi seperti IT Department, IS Department, ataupun EDP Department sehingga dapat digunakan manajemen dalam menilai kinerja unit IT dengan tujuan untuk melakukan tindakan-tindakan korektif ataupun improvement terhadap kinerja dalam pencapaian target-target yang telah ditetapkan.
Pengukuran nilai IT melibatkan dua aspek utama yaitu sebarapa besar investasi IT dan sebarapa besar manfaat yang didapatkan dari investasi tersebut. Tujuannya sebagai tolak ukur bagi IT Departement menetukan setiap kekurangan dan kelebihan sistem informasi sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan sistem, karena perusahaan membutuhkan penyelesaian dari setiap permasalahaan yang ada.

BSC
Balance Score Card (BSC) adalah suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas operasional suatu perusahaan dalam skala yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi. BSC pertama kali dikembangkan dan digunakan pada perusahaan Analog Devices pada tahun1987. Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif.
Pada awal penggunaannya, kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Pada tahun 1992, Robert S. Kaplan dan David P. Norton mulai mempublikasikan BSC melalui rangkaian artikel-artikel jurnal dan buku The Balanced Scorecardpada tahun 1996. BSC membantu organisasi untuk menghadapi dua masalah fundamental: mengukur performa organisasi secara efektif dan mengimplementasikan strategi dengan sukses.
Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi,2001,p.18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Komprehensif
Koheren
Seimbang
Terukur
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
Perspektif Keuangan
BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000) sebagai berikut:
Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan revenue).
Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness).
Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.

Perspektif Pelanggan
Ada 2 kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan, yaitu:
Kelompok pengukuran inti (core measurement group), digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan, memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan.
Kelompok pengukuran nilai pelanggan (customer value proposition), digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang mungkin bisa mereka masuki.

PerspektifProses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retums (Simon, 1999).

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

Kapabilitas Pekerja
KapabiLitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen:
Kepuasan pekerja. sebagai prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen.
Retensi pekerja., kemampuan untuk mempertahankan pekerja terbaik dalam perusahaan. Di mana kita mengetahui pekerja merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan.
Produktivitas pekerja, tujuannya untuk menghubungkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya untuk menghasilkan output tersebut.
Kapabilitas Sistem Informasi.
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem inforaiasi adalah tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Iklim Organisasi
Yaitu iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.

Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungandari peluang yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

7. PSSI
Perencanaan Strategi Sistem Informasi (PSSI) adalah suatu proses untuk menyusun perencanaan untuk penggunaan dan implementasi sistem dan teknologi informasi secara komprehensif pada suatu organisasi/ enterprise yang sejalan (aligned) dengan strategi bisnis organisasi/ enterprise untuk mendukung pencapaian tujuan (goals) organisasi secara efektif dan efisien.
Lederer & Gardiner (1992) mengartikan PSSI sebagai suatu proses untuk mengidentifikasi sejumlah portofolio solusi sistem dan teknologi informasi (computer-based application & solution) untuk mendukung organisasi mencapai rencana bisnis dan tujuan bisnisnya.
Terdapat tiga metode dalam Perencanaan Strategi Sistem Informasi:
Business System Planning (BSP)
BSP merupakan satu metoda perancangan strategi sistem informasi yang mengkombinasikan antara pendekatan top down dan pendekatan bottom up. Metode ini dikembangkan oleh IBM pada tahun 1980. Proses utama pada BSP meliputi:
Penentuan Tujuan Bisnis Perusahaan (Business Objective)
Penentuan Bisnis Proses
Penentuan Data-Data Kelas
Penentuan Arsitektur Informasi Perusahaan
Dalam metoda BSP, untuk dapat menentukan proses bisnis dalam suatu organisasi, terlebih dahulu kita harus memahami siklus hidup sumber daya yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Tahap 1 : Requirements, Planning, Measurement and Control
Tahap 2 : Acquisition and Implementation
Tahap 3 : Stewardship
Tahap 4 : Retirement or Disposition

Four-Stage Model
Four-stage model merupakan salah satu metode yang digunakan dalam perencanaan teknologi /sistem informasi. Model ini bertujuan untuk mengidentifikasi proyek sistem informasi yang akan dibangun dan mengidentifikasi kebutuhan sumber daya sehingga mendukung pencapaian tujuan organisasi. Four-stage model terdiri dari empat aktivitas utama,yaitu :
Tahap 1 : Perencanaan informasi strategis
Tahap 2 : Analisa kebutuhan informasi
Tahap 3 : Alokasi sumber daya
Tahap 4 : Perencanaan proyek

Information Engineering Technology (IEM)
IEM merupakan sekumpulan teknik-teknik formal yang saling terkait dimana model perusahaan bisnis, model data, dan model prosesnya dibangun berdasarkan pengetahuan yang dapat dipahami dan digunakan untuk membuat dan mengatur sistem pemrosesan data. IEM dikembangkan oleh James Martin pada tahun 1970 dan digunakan pertama kali pada saat ia bekerja di Institut Perancangan Sistem IBM. IEM memungkinkan Departemen Sistem Informasi untuk menyusun tujuan-tujuannya bersamaan dengan strategi-strategi perusahaan (organisasi).
Sebagai timbal balik, pencapaian tujuan-tujuan sisem informasi turut mendukung kesuksesan rekayasa ulang bisnis. Tahapan perancangan dan pembangunan dapat diautomasi oleh alat bantu. IEM terdiri dari empat aktivitas utama, yakni :
Tahap 1 : Perencanaan Strategis Informasi
Tahap 2 : Analisis Area Bisnis
Tahap 3 :Perancangan Sistem
Tahap 4 : Pembangunan / Konstruksi

8. Akreditasi
Akreditasi merupakan salah satu bentuk penilaian/evaluasi mutu dan kelayakan institusi perguruan tinggi atau program studi yang dilakukan oleh organisasi atau badan mandiri di luar perguruan tinggi. Bentuk penilaian mutu eksternal yang lain adalah penilaian yang berkaitan dengan akuntabilitas, pemberian izin, pemberian lisensi oleh badan tertentu.
Berbeda dari bentuk penilaian mutu lainnya, akreditasi dilakukan oleh pakar sejawat dan mereka yang memahami hakikat pengelolaan perguruan tinggi sebagai Tim atau Kelompok Asesor. Keputusan mengenai mutu didasarkan pada penilaian terhadap berbagai bukti yang terkait dengan standar yang ditetapkan dan berdasarkan nalar dan pertimbangan para pakar sejawat (judgments of informed experts). Bukti-bukti yang diperlukan termasuk laporan tertulis yang disiapkan oleh institusi perguruan tinggi yang akan diakreditasi yang diverifikasi dan divalidasi melalui kunjungan para pakar sejawat ke tempat kedudukan perguruan tinggi.
Sebagai hasil, akreditasi merupakan status mutu perguruan tinggi yang diumumkan kepada masyarakat. Dengan demikian, tujuan dan manfaat akreditasi institusi perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
Memberikan jaminan bahwa institusi perguruan tinggi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan perguruan tinggi yang tidak memenuhi standar.
Mendorong perguruan tinggi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi.
Hasil akreditasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam transfer kredit, usulan bantuan dan alokasi dana, serta mendapat pengakuan dari badan atau instansi yang berkepentingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar